Rumah Mbaru Niang Manggarai, Flores Barat


Waerebo merupakan Kampung terakhir di Manggarai, Flores Barat yang iconic dengan rumah tradisionalnya berbentuk kerucut yang disebut "Mbaru Niang" yang dapat masih ditemukan. Kampung Waerebo yang asli terdiri dari 7 rumah tradisional. Namun di tahun 2008, hanya ada 4 rumah tradisional yang tersisa. 3 rumah tradisional lainnya telah digantikan dengan bentuk yang berbeda.Selain 4 rumah yang tersisa, 2 di antaranya tidak pada kondisi yang baik karena sudah digunakan 17 tahun, ketika dua lainnya telah direkonstruksi sekitar 1998 oleh bantuan beberapa donator.


Meskipun beberapa warga ingin membangun kembali rumah tradisional tersebut, mereka menunda untuk melaksanakannya karena beberapa kebutuhan warga akan kehidupan sehari-hari untuk bekerja sama untuk mendirikan bangunan. Setelah merencanakan konservasi, para warga sedang bersiap-siap untuk kehilangan dua lagi rumah tradisionalnya.

Dubantu oleh para tim yang juga berkesempatan melakukan pembangunan rumah di Waerebo yang otentik tersebut. Tim ini melibatkan dua mahasiswa yang diberi beasiswa untuk 5 minggu tinggal disana, tanpa alat komunikasi elektronik dan tanpa kontak dengan kehidupan luar. Dua orang mahasiswa saat pagi membantu para warga untuk membangun rumah sedangkan di malam hari mencatat dan membuatnya menjadi sebuah laporan yang sistematis tentang pembuatan rumah tersebut. Mahasiswa tersebut tidak hanya dianggap tamu tetapi sudah dianggap bagian dari keluarga Waerebo oleh para warganya. Setelah 5 bulan tinggal, para warga memberi setifikat kelulusan bagi mereka dan melakukan upacara adat perpisahan.


Di dalam pembangunan project terakhir dari Mei 2009 sampai Mei 2011, terdiri dari 3 fase
1.       Fase Pertama (Mei 2009-Oktober 2009),
pembongkaran rumah kerucut tradisional dan rekonstruksi Tirta Gena Ndorom
2.       Fase Kedua (November 2009-Mei 2010),
pembongkaran rumah kerucut tradisional dan rekonstruksi Tirta Gena Jekong
3.       Fase Ketiga (November 2010-Mei 2011),
rekonstruksi 3 rumah kerucut lainnya. Dua di antaranya digunakan sebagai rumah warga (Laksamana Gena Jintam dan Panigoro Gena Mandok), ketika satu lainnya digunakan sebagai guest house  dengan rumah kerucut yang lebih kecil yang disandingkan dengan yang lain sebagai dapur terpisah (Tirta Gena Maro)
4.       Fase Keempat,
setelah kampung tersebut selesai terbangun 7 rumah tradisionalnya, beberapa pengembangangan dibuat untuk turis potensial mereka, seperti taman bacaan untuk anak-anak, rebrading sovernir khas Waerebo, dan adanya guest house baru. 


Semua fasilitas tambahan yang baru dibangun di luar lingkaran urama dari 7 rumah tradisional tersebut.


Setelah adanya pembangunan kedua tersebut, perkembangan Waerebo mulai dirasakan. Jumlah turis dari dalam maupun luar negeri mulai bertambah. Mengingat letak Waerebo yang sangat jauh namun interest khalayak masih juga ramai. Sampai akhirnya pada tahun 2013 menjadi nominasi di Aga Khan Award dan 2015 Waerebo mendapatkan UNESCO Conservation Award. 




Sumber :
https://www.bluprin.com/id/blog/pesan-dari-waerebo-kelahiran-kembali-arsitektur-nusantara
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/wae-rebo-kisah-sebuah-kampung-di-atas-awan?gclid=CjwKCAjwzPXlBRAjEiwAj_XTEcRfZhbO-De0phVDIX1Vai4n-YBPXfr5izPCI-hoYNmMi9Vc2fmp-xoCO_0QAvD_BwE

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KRITIK ARSITEKTUR NORMATIF DENGAN METODE DOKTRIN

PENJABARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM UUD 1945

Kawasan Kota Lama di Bandung