Kawasan Kota Lama di Bandung
Pada kota-kota besar
yang memiliki sejarah perkembangan kota yang cukup panjang, pihak Pemerintah
Kota telah berupaya merintis dan melakukan upaya-upaya kegiatan konservasi
kawasan kota yang dianggap memiliki nilai sejarah dan nilai arsitektural.
Tujuan utama dari kegiatan preservasi dan konservasi bangunan dan kawasan
bersejarah adalah untuk mengingat masa lalu baik dalam pelestarian aspek
nilai-nilai budaya, nilai arsitektural pada karya arsitektur serta meningkatkan
nilai pendidikan atau edukasi bagi generasi mendatang.
Kawasan sekitar Jalan
Braga sudah dikenal luas oleh masyarakat luas sejak jaman dahulu dimana pada
masa pemerintahan Hindia Belanda kota Bandung mendapat julukan “Parisj von Java‟(Kunto,
1985).
Kota Bandung dengan
kawasan-kawasan khususnya yang sudah banyak dikenal, seperti: kawasan Braga,
kawasan Alun-alun Bandung, kawasan Jalan
Oto iskandardinata (Pasar Baru), kawasan jalan Asia-Afrika, dan kawasan sekitar
Balai Kota – merupakan kawasan yang mempunyai ciri khas bagi kota Bandung. Pada
kawasan tersebut sudah sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda banyak memiliki
bangunan-bangunan lama bersejarah dengan nilai arsitektural kawasan kota yang
tinggi.
Khusus kawasan jalan
Braga ini memiliki keunikan karena telah lama memiliki gaya arsitektur tertentu
yang dimana paling menonjol diantaranya adalah: gaya arsitektur Art-Deco,
Art-Neuvo dan Indish-Eropa. Perkembangan kawasan dilihat dari penetapan kawasan
dengan gaya arsitektur tertentu, maka kawasan jalan Braga masih dikatakan
teratur dan tertata dengan baik hingga sekitar tahun 1950-1955 dimana pada masa
itu berlangsung Konferensi AsiaAfrika.
Di kawasan kota lama
sekitar Alun-alun kota Bandung, terdapat beberapa bangunan lama bersejarah,
seperti: Bangunan hotel Homann, hotel Preanger, Kantor Koran “Pikiran Rakyat‟,
bangunan Gedung Merdeka, bangunan Asuransi Jiwasraya, bangunan Bank Mandiri, dan
bangunan Toko Swarha.
Kawasan Braga kota
Bandung juga mendapat julukan De meest Eropeesche winkelstraat van Indie, yang
diartikan sebagai “Kawasan pertokoan Eropa yang paling terkemuka di Hindia
Belanda‟.
Karena itu kota Bandung khususnya kawasan jalan Braga dijuluki banyak kalangan
sedanga sebutan “Parijs von Java‟,
yang mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1920 s/d 1930-an. Kawasan Braga pada
masa itu diperuntukkan bagi fungsi perbelanjaan (shopping) yang bernuansa Eropa
di Indonesia / Hindia Belanda. Kawasan Barag dengan fungsi perbelanjaan
tersebut pada dasarnya tidak dapat lepas dari dukungan adanya bangunan-bangunan
dengan langgam (gaya arsitektur): Art Deco, Art-Neuveau dan Indis-Eropa.
Sumber :
http://www.belajararsitektur.com/2016/11/teori-konservasi.htmlhttps://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6577/A55.pdf?sequence=1
https://hellowulandari.wordpress.com/2017/05/17/konservasi-arsitektur/




Komentar
Posting Komentar