Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat

Gambar
Masjid Cut Meutia adalah salah satu masjid yang terletak di Jalan Cut Meutia Nomor 1, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia. Bangunan masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah dari zaman penjajahan kolonial Belanda. Masjid ini memiliki keunikan tersendiri dan kemungkinan tidak terdapat di masjid-masjid lainnya. Salah satu keunikannya, mihrab dari masjid ini diletakkan di samping kiri dari saf salat (tidak di tengah seperti lazimnya). Selain itu posisi safnya juga terletak miring terhadap bangunan masjidnya sendiri karena bangunan masjid tidak tepat mengarah kiblat. Masjid ini terletak di kelurahan Gondanria, Kecamatan, Jakarta Pusat. Masjid ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya di daerah kawasan menteng. Masjid ini dulunya adalah bangunan kantor biro arsitek (sekaligus pengembang), N.V. (Naamloze vennootschap, atau Perseroan terbatas) Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879 – 1955) yang membangun wilayah Gondangdia di Menteng. Sebelum difungsikan

Kawasan Kota Lama di Bandung

Gambar
Pada kota-kota besar yang memiliki sejarah perkembangan kota yang cukup panjang, pihak Pemerintah Kota telah berupaya merintis dan melakukan upaya-upaya kegiatan konservasi kawasan kota yang dianggap memiliki nilai sejarah dan nilai arsitektural. Tujuan utama dari kegiatan preservasi dan konservasi bangunan dan kawasan bersejarah adalah untuk mengingat masa lalu   baik dalam pelestarian aspek nilai-nilai budaya, nilai arsitektural pada karya arsitektur serta meningkatkan nilai pendidikan atau edukasi bagi generasi mendatang. Kawasan sekitar Jalan Braga sudah dikenal luas oleh masyarakat luas sejak jaman dahulu dimana pada masa pemerintahan Hindia Belanda kota Bandung mendapat julukan “Parisj von Java ‟ (Kunto, 1985).  Kota Bandung dengan kawasan-kawasan khususnya yang sudah banyak dikenal, seperti: kawasan Braga, kawasan Alun-alun Bandung,  kawasan Jalan Oto iskandardinata (Pasar Baru), kawasan jalan Asia-Afrika, dan kawasan sekitar Balai Kota – merupakan kawasan yang me

Bentuk Konservasi Alam

Gambar
Secara umum bentuk konservasi dapat dibedakan atas 2 (dua) golongan, yaitu:  Konservasi in situ : adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di dalam habitat aslinya. Konservasi in situ mencakup kawasan suaka alam (Cagar alam dan Suaka Margasatwa) dan kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam). Konservasi ek situ : yaitu kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di luar habitat aslinya. Konservasi ek situ dilakukan oleh lembaga konservasi, seperti kebun raya, arbetrum, kebun binatang, taman safari, dan tempat penyimpanan benih dan sperma satwa. Adapun macam-macam bentuk konservasi alam adalah sebagai berikut : Taman Nasional Taman Nasional berfungsi sebagai perlindungan dari sistem pendukung dan perlindungan kehidupan bagi hewan dan tumbuhan. Selain itu, taman nasional juga penting bagi sains, pendidikan, budaya dan rekreasi. Contoh Taman Nasional di Indonesia adalah : Taman Nasional Gu

Tipologi Bangunan Cagar Budaya di Indonesia

Gambar
Bangunan-bangunan peninggalan dan memiliki nilai sejarah harus di pelihara dan dilestarikan bentuk bangunannya di Kawasan Jakarta Utara cukup banyak bangunan peninggalan khususnya kawasan Kota Tua Jakarta, Berdasarkan sejarah perkembangan arsitektur yang ada di Indonesia, tipologi bangunan dibagi menjadi : 1. Bangunan masyarakat Kolonial Eropa Bangunan periode VOC (abad XVI-XVII), arsitektur periode pertengahan Eropa. Ciri-ciri bangunan ini adalah kesan tertutup, sedikit bukaan, jendela besar tanpa tritisan, tanpa serambi. Bangunan periode negara kolonial (Neo Klasik Eropa). Ciri-ciri bangunan ini adalah atap-atap tritisan, veranda dan jendela- jendela krepyak Bangunan modern kolonial (abad XX). Ciri-ciri bangunan ini adalah bergaya Art Deco dan Art Nouveau. 2. Bangunan masyarakat China. Ciri-ciri bangunan ini adalah berupa shop houses bergaya Cina Selatan, terletak di sekitar core inti wilayah utama suatu daerah. Contohnya:

Bangunan Cagar Budaya

Gambar
Berdasarkan Perda No. 9 Tahun 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Cagar Budaya, bangunan cagar budaya dari segi arsitektur maupun sejarahnya dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu : ■ Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan A ■ Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan B ■ Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan C Contoh Bangunan ■ Cagar Budaya Golongan A Nama Bangunan Baru         : Bank Tabungan Negara Harmoni Nama Bangunan Lama       : Postpaarbank Alamat                              : Jln Gajah Mada No. 1 Kel. Petojo Utara Wilayah                             : Kec. Gambir, Jakarta Pusat (Jakarta 10130) Arsitektur                          : Gaya Nieuwe Kunst. Arsitek                               : Ir. J. van Gendt. Pemilik                              : PT. Bank Tabungan Negara ■ Cagar Budaya Golongan B Nama Bangunan                :  Makam Ade Irma Nasution Alamat                              :  Jl. Prapanca kel Pulo

Bank Bukopin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Gambar
Nama Bangunan Baru     : Bank Bukopin Nama Bangunan Lama    : Instantiewoning KJCPL – Inter Ocean Lines Alamat                           : Jl. Wijaya IX No. 1 Kel. Melawai Kec. Kebayoran Baru. Jak-Sel Pemilik                           : KJCPL Inter Ocean Lines - Bank Bukopin Arsitektur                       : Villa Modern Tipe Kopel/ Kembar. Arsitek                           : KJCPL-Inter Ocean Lines. Dibangun pada tahun 1950-an. Rencana pembangunan Kebayoran Baru seluas 730 ha disetujui dan disahkan oleh pemerintah pada tanggal 21 September 1948 guna mengatasi pertambahan penduduk yang dramatis dari 823,000 pada tahun 1948 menjadi 1,782,000 pada tahun 1952. Kebayoran Baru dimaksudkan sebagai “kota satelit” yang terpisahkan 8 km sebelah Selatan-Barat daya dari pusat kota Jakarta dan dikelilingi sabuk hijau (green belt) yang terdiri dari Kali Grogol di Barat dan Kali Krukut di Timur, serta Kompleks Gelora Bung Karno di Utara, tempat Masjid Agung Al-Azhar dan Depar

Gereja Koinonia, Jakarta Timur

Gambar
Kompleks gereja yang berada di ujung Jalan Matraman ini merupakan gereja pertama di kawasan timur Batavia, saat Meester Cornelis Senen membuka Pos Pelayanan berbahasa Melayu di kawasan ini tahun 1656-1661. Gedung Gereja Bethel ini pada awalnya dibangun sekitar tahun 1889, didirikan setelah seorang mantan Ketua Mahkamah Tinggi Pemerintah Kolonial Belanda marah besar dan merasa tidak setuju dengan khotbah seorang pendeta ultra liberal pada perayaan Paskah awal 1900-an di Gereja Emmanuel yang saat itu masih bernama Willems Kerk. Kemudian direnovasi pada tahun 1911-1916 dan diberi nama Bethelkerk. Dipakai oleh De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie, kemudian menjadi GPIB Bethel Jemaat Djatinegara dan pada 1 Januari 1961 menjadi GPIB Jemaat “Koinonia” Jakarta.  Koinonia berarti “Persekutuan” (dari bahasa Yunani). Arsitekturnya bergaya vernacular, penerapan gable Belanda dan penerapan salib Yunani pada pediment tympanium. Denah gereja dipengaruhi aturan geometrik. Bentuk seg

Rumah Mbaru Niang Manggarai, Flores Barat

Gambar
Waerebo merupakan Kampung terakhir di Manggarai, Flores Barat yang iconic dengan rumah tradisionalnya berbentuk kerucut yang disebut "Mbaru Niang" yang dapat masih ditemukan. Kampung Waerebo yang asli terdiri dari 7 rumah tradisional. Namun di tahun 2008, hanya ada 4 rumah tradisional yang tersisa. 3 rumah tradisional lainnya telah digantikan dengan bentuk yang berbeda.Selain 4 rumah yang tersisa, 2 di antaranya tidak pada kondisi yang baik karena sudah digunakan 17 tahun, ketika dua lainnya telah direkonstruksi sekitar 1998 oleh bantuan beberapa donator. Meskipun beberapa warga ingin membangun kembali rumah tradisional tersebut, mereka menunda untuk melaksanakannya karena beberapa kebutuhan warga akan kehidupan sehari-hari untuk bekerja sama untuk mendirikan bangunan. Setelah merencanakan konservasi, para warga sedang bersiap-siap untuk kehilangan dua lagi rumah tradisionalnya. Dubantu oleh para tim yang juga berkesempatan melakukan pembangunan rumah di Waere

Museum Bank Mandiri, Jakarta.

Gambar
Sejarah Didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang berdiri di area seluas 10.038 m2 ini awalnya merupakan sebuah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau biasa disebut Factorji Batavia yang merupakan sebuah perusahaan dagang milik pemerintahan Belanda namun seiring dengan waktu berkembang jadi sebuah perusahaan dalam bidang perbankan. Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) ini dinasionalisasika pada tahun 1960 jadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) untuk Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan kelahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada tanggal 31 Desember 1968, kemudian gedung tersebut beralih fungsi menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank Exim). Sampai pada akhirnya legal merger dari Bank Exim bersama dengan Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan juga Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun sekarang jadi salah satu asset dari Ban

Klenteng Boen Tek Bio, Tangerang.

Gambar
IV. HASIL KONSERVASI BANGUNAN          Saat dilakukan renovasi besar-besaran pada 1844, keempat kimsin tersebut dipindahkan ke Klenteng Boen San Bio yang terletak di daerah Pasar Baru, Tangerang. Saat pengembalian keempat kimsin ke Klenteng Boen Tek Bio, dilakukan arah-arakan. Perayaan pertama YMS Kwan im Hud Couw dilakukan pada tahun 1856. Tidak banyak perubahan pada Klenteng ini, bahkan koleksi pohon bonsai yang ada di klenteng ini usianya sudah lebih dari 1 abad.        Awalnya kelenteng ini berdiri dengan sangat sederhana berupa tiang bambu dan beratap rumbia. Sejak dibangun pada 1684, klenteng ini hanya satu kali mengalami renovasi, yaitu tahun 1844 dan sengaja mendatangkan ahli bangunan dari Cina.  Bangunan yang pertama dibangun adalah bagian tengah klenteng saat ini. Sementara, bangunan di sisi kiri-kanan serta di belakang dibangun kemudian. Bangunan sisi kiri-kanan dibuat pada tahun 1875, sedangkan bangunan di bagian belakang dibangun pada tahun 1904.

Klenteng Boen Tek Bio, Tangerang.

II. PROGRAM KONSEP KEBIJAKAN             Dalam melakukan upaya pelestarian diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, pihak pengelola, dan tentunya melibatkan masyarakat. Selain mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan pelestarian sebagai pedoman bagi pihak pengelola, pemerintah juga perlu membuat kebijakan terpadu seperti insentif pajak, pengembangan kawasan terpadu yang bebas kemacetan lalu lintas, promosi pariwisata dan penghentian ragam pungutan serta pemerasan di kawasan pecinan agar pelestarian lanskap sejarah ini dapat berlangsung dalam jangka panjang. Untuk melindungi kawasan bersejarah pemerintah harus menetapkan land use yang sesuai. Rencana konservasi dan revitalisasi harus mencakup kawasan dengan obyek-obyek penting. Berdasarkan peta rencana konservasi dan revitalisasi yang telah ada, revitalisasi tidak mencakup kawasan tempat terdapatnya Klenteng Boen Tek Bio. Oleh sebab itu p

Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta

Gambar
Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939. Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi ”Museum Djakarta Lama” di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ”Museum Djakarta Lama” diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu -Ali Sadikin- kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974. Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan sekedar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi. Kerusakan bangunan ini berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut: Kerusakan Fisik Kerusakan ini disebabkan oleh fak